Jumat, 27 Juli 2012

Siapakah Wanita yang Pertama Kali Masuk Surga?


Suatu ketika, Fatimah bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah perempuan yang kelak pertama kali masuk surga?”  Rasulullah menjawab, “Dia adalah seorang wanita yang bernama Mutiah.” Fatimah terkejut. Ternyata bukan dirinya, seperti yang dibayangkannya. Mengapa justru orang lain, padahal dia adalah putri Rasulullah sendiri? Maka timbullah keinginan Fatimah untuk mengetahu siapakah gerangan perempuan itu? Dan apakah yang telah diperbuatnya hingga dia mendapat kehormatan yang begitu tinggi?

Setelah meminta izin kepada suaminya, Ali bin Abi Thalib, Fatimah berangkat mencari rumah kediaman Mutiah. Putranya yang masih kecil yang bernama Hasan diajak ikut serta. Ketika tiba di rumah Mutiah, Fatimah mengetuk pintu seraya memberi salam, “Assalamualaikum...!”

“Wa Alaikumsalam! Siapa diluar?” terdengar jawaban yang lemah lembut dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.
“Saya Fatimah, putri Rasulullah,” sahut Fatimah kembali.
“Alhamdulillah, alangkah bahagia saya hari ini Fatimah, putri Rasulullah, sudi berkunjung ke gubug saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam. Suara itu terdengar ceria dan semakin mendekat ke pintu.
“Sendirian, Fatimah?” tanya seorang perempuan sebaya dengan Fatimah, yaitu Mutiah seraya membukakan pintu.
“Aku ditemani Hasan,” jawab Fatimah.
“Aduh maaf ya,” kata Mutiah, suaranya terdengar menyesal. “Saya belum mendapat izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki.”
“Tapi Hasan kan masih kecil?” jelas Fatimah.
“Meskipun kecil, Hasan adalah seorang laki-laki. Besok saja Anda datang lagi, ya?, saya minta izin dulu kepada suami saya,” kata Mutiah dengan menyesal.
Sambil menggeleng-gelengkan kepala, Fatimah pamit dan kembali pulang.

Besoknya, Fatimah datang lagi ke rumah Mutiah, kali ini ia ditemani Hasan dan Husain. Bertiga mereka mendatangi rumah Mutiah. Setelah memberi salm dan dijawab gembira, masih dari dalam rumah Mutiah bertanya,
“Kau masih ditemani Hasan, Fatimah? Suami saya sudah memberi izin.”
“Ya, juga ditemani oleh Husain,” jawab Fatimah.
“Ha? Kenapa kemarin tidak bilang? Yang dapat izin cuma Hasan, dan Husain belum. Terpaksa saya tidak menerimanya juga,” dengan perasaan menyesal Mutiah kali ini juga menolak.
Hari itu Fatimah gagal lagi untuk bertemu dengan Mutiah. Dan keesokan harinya Fatimah kembali lagi, mereka disambut baik oleh perempuan itu di rumahnya.

Keadaan rumah Mutiah yang sederhana, tak ada satu pun perabot mewah yang menghiasi rumah itu. Namun, semua teratur rapi. Tempat tidur yang terbuat dengan kasar juga terlihat bersih, alasnya yang putih, dan baru dicuci. Bau dalam ruangan itu harumdan sangat segar, membuat orang betah tinggal dirumah.

Fatimah kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu, sehingga Hasan dn Husain yang biasanya tak begitu betah berada di rumah orang, kali ini nampak asyik bermain-main.

“Maaf saya tidak bisa menemani Fatimah duduk dengan tenang, sebab sayaharus menyiapkan makanan untuk suami saya,” kata Mutiah sambil mondar-mandir dari dapur ke ruang tamu.

Mendekati tengah hari, masakan itu sudah siap semuanya, kemudian ditaruh di atas nampan. Mutiah mengambil cambuk, yang juga di taruh di atas nampan.

“Suamimu bekerja dimana?” tanya Fatimah.
“Di ladang.” Jawab Mutiah.
“Pengembala?” tanya Fatimah lagi.
“Bukan. Berrcocok tanam.”
“Tapi mengapa kau bawakan cambuk?”
“Oh, itu?” sahut Mutiah dengan tersenyum. “Cambuk itu kusediakan untuk keperrluan lain. Maksudnya begini, kalau suami saya sedang makan, lalu kutanyakan apakah masakan saya  cocok atau tidak? Kalau dia mengatakan cocok, maka tak akan terjadi apa-apa. Tetapi kalau dia bilang tidak cocok, cambuk itu akan saya berikan kepadanya, agar punggung saya dicambuknya, sebab berarti saya tidak bisa melayani suami dan menyenangkan hatinya.”

“Apakah itu kehendak suamimu?” tanya Fatimah keheranan.
“Oh, bukan! Suami saya adalah seorang yang penuh kasih sayang. Ini semua adalah kehendakku sendiri, agar aku jangan sampai menjadi istri yang durhaka kepada suami.”

Mendengar penjelasan itu, Fatimah menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian meminta diri, pamit pulang.
“Pantas kalau Mutiah kelak menjadi perrempuan yang pertama kali masuk surga,” kata Fatimah dalam hati, ditengah perjalanannya pulang.
 “Dia sangat berbakti kepada suami dengan tulus. Perilaku kesetiaan semacam itu bukanlah lambang perbudakan wanita oleh kaum lelaki. Tapi merupakan cermin bagi citra ketulusan dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan perrilaku yang sama.”

Nah, bagi para akhwat, siapa yang mau daftar giliran masuk surga selanjutnya? Sok atuh.
:)

Perangkap dan Jurus Setan!



Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullâh menyebutkan tujuh macam perangkap yang digunakan oleh setan beserta bala tentaranya dalam upaya menjebak manusia. Pada mulanya setan menawarkan kekufuran, mengajak manusia untuk menolak agama, mengingkari keberadaan Allah Swt., menafikkan kenabian para utusan-Nya, dan menolak keberadaan Al-Qur’an secara keseluruhan maupun sebagian dari ayat-ayatnya.


Apabila perangkap yang pertama ini gagal, setan merancang perangkap yang kedua. Yakni perbuatan bid’ah. Manusia ditawari dengan hal-hal yang dapat mencemarkan dan melunturkan kemurnian ajran Islam. Manusia dibisiski keberanian untuk mengurangi atau melebih-lebihkan ajaran agamatanpa dalil dan landasan yang benar menurut agama.

Apabila perbuatan bid’ah berhasil dihindaran, setan menjebak dengan perangkap yang ketiga. Yaitu asdosa-dosa besar, seperti zina, membunuh , korupsi, merampas hak-hak orang lain, minum minuman keras, mengkonsumsi narkoba, dan durhaka kepada orang tua. Setan sangat ingin menjerumuskan manusia kedalamnya. Terutama bagi orang-orang berilmu. Sehingga orang-orang awam dikalangan mereka menganggap bahwa perbuatan si âlim (orang berilmu) tersebut adalah sebagai pembenaran atas suatu kedurhakaan.

Jika dengan perangkap ketiga ini gagal, setan beserta antek-anteknya menggunakan perangkap yang keempat. Manusia ditawari dosa-dosa kecil. Dengan halus ia berkata, “Manusia berbuat dosa itu wajar. Anda malaikat namanya bila tidak pernah berbuat dosa. Lagipula, bukankah Allah Maha Penyayang. Allah akan mengampuni dosa-dosa kecil selama Anda dapat meninggalkan dosa-dosa besar.”

Rasulullah Saw. bersabda, 
“Setiap orang diantara manusia akan membawa sebilah kayu bakar lalu mereka menyalakan api yang besar, sehingga mereka dimasak dan dipanggang di atas api itu. Manusia tetap menganggap dosa sebagai masalah yang kecil sehingga meremehkannya. Maka orang yang melakukan dosa besar dan merasa takut, lebih baik daripada orang yang meremehkan dosa kecil.”

Apabila perangkap yang keempat ini gagal juga, datanglah setan dengan perangkap yang kelima. Manusia diajak untuk menyenangi hal-hal yang mubah. Seperti menonton televisi berjam-jam, ngobrol dengan tetangga sampai berlarut-larut,atau melakukan hal-hal yang mulanya tidak dilarang, tetapi karena keasyikan melakukan hal tersebut sampai-sampai menunda-nunda kewajiban yang harus dipenuhi. Baik kewajiban kepada Allah, kewajiban di dalam rumah tangga, maupun kewajiban sebagai warga masyarakat.

Jika perangkap yang kelima ini pun gagal, tampillah setan dengan membawa perangkap yang keenam. Perangkap yang lebih canggih daripada perangkap-perangkap sebelumnya. Setan menawarkan kepada manusia ibadah-ibadah yang utama, tetapi memalingkan hal-hal yang lebih utama. Di sini setan akan membukakan tujuh puluh pintu kebaikan. Boleh jadi, untuk sampai ke salah satu pintu kebaikan, seseorang harus melakukan suatu keburukan, atau dia harus kehilangan kebaikan yang lebih utama. Manusia ditawari keasyikan berdzikir, sehingga melupakan tugasnya untuk mengatur dan melayani masyarakat yang membutuhkan. Atau manusia dibisiki kegemaran berpuasa sunnah sehingga mengabaikan tubuhnya, sampai dia tidak mampu mencari nafkah dengan baik. Padahal dirinya adalah seorang suami dari istrinya dan ayah dari anak-anaknya yang bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya.

Adapun perangkap yang terakhir adalah pernagkap yang lebih bahaya dan lebih dahsyat lagi. Khusus bagi orang-orang yang bertaqwa, setan akan mengerahkan seluruh bala tentaranya baik dari bangsa jin maupun manusia untuk menyakitinya. Orang saleh itu difitnah, dicaci maki, diganggu ketenangannya, dihalangi perjuangannya. Kebenaran ajarannya akan disebut dusta. Kebersihan pribadinya akan dianggap skandal. Dan nasehatnya akan dikatakan sebagai tindakan subversif atau meresahkan masyarakat.

Allah Yang Maha Penyayang memberikan bekal dan peringatan kepada manusia agar selalu waspada dari kejahatan setan dan seluruh bala tentaranya, yang tidak akan memberikan kesempatan sedikit pun bagi anak cucu Adam untuk menikmati kebebasan mereguk manisnya iman, sebagaimana firman-Nya:

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu ditipu oleh setan sebagaimana mereka telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan auratnya kepada keduanya.  Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS Al-A’râf [7]: 27)

Nah, ikhwan dan akhwat sudah tahu kan perangkap-perangkap setan yang lengkap dengan jurus-jurus andalannya. Ternyata mereka punya rencana-rencana yang super buat nyesatin kita anak cucu buyut Adam, tapi kita gak boleh terpedaya oleh keahlian mereka buat nyesatin kita, kita balas mereka dengan kekuatan kita yang super duper yang tentunya dengan bantuan dari Allah Swt. So, let’s fighting.

Selasa, 24 Juli 2012

Musuh atau Teman Setan kah?


Dalam kitab Tanbîh Al-Ghâfîlîn, Abu Laits Al-samarqandiy meriwayatkan sebuah hadits, bahwa suatu ketika Nabi Muhammad Saw. didatangi oleh seorang laki-laki tua yang merupakan penjelmaan iblis la’natullâh ‘alaih. Lalu beliau bertanya, ” Siapa kamu?” Iblis menjawab, “Aku Iblis.” “Untuk keperluan apa kamu datang kepadaku?” tanya Nabi Saw. Iblis kembali menjawab, “Aku dipperintahkan oleh Allah untuk menjawa apa yang engkau tanyakan padaku.” Maka Nabi saw bersabda,  “Jika demikian wahai ma’lûn (makhluk terkutuk), beritahukan kepadaku ada berapa macam dari umat-umatku yang menjadi musuh-musuhmu?”

“Ada lima belas macam orang-orang yang menjadi musuh-musuhku. Dan musuhku yang paling utama adalah (1) engkau Muhammad; (2) pemimpin yang adil; (3) orang kaya yang dermawan; (4)pedagang yang jujur; (5) orang alim (berilmu) yang khusyuk dalam ibadahnya; (6) para juru dakwah; (7) Mukmin yang baik hatinya; (8) seorang yang istiqomah dalam tobatnya; (9) Mukmin yang senantiasa menghindari perbuatan dosa; (10) Mukmin yang senantiasa dalam keadaan suci; (11) Mukmin yang gemar bersedekah; (12) Mukmin yang baik budi pekertinya; (13) Mukmin yang banyak memberi manfaat bagi orang lain; (14) Mukmin yang gemar membaca Al-Qur’an; (15) dan Mukmin yang selalu mengerjakan shalat malam.”

Nabi Muhammad Saw. bertanya, “Kemudian siapakah dari umat-umatku yang menjadi teman-temanmu?” Iblis pun menjawab, “Ada sepuluh macam dari umat-umatmu yang menjadi teman-temanku: (1) pemimpin yang zalim; (2) orang kaya yang sombong; (3) pedagang yang curang; (4) para peminum minuman keras (pemabuk); (5) para penghasut dan pengadu domba (provokator); (6) para pezina; (7) orang-orang yang memakan harta anak yatim; (8) orang-orang yang menyepelekan sholat; (9) orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat; (10) dan orang-orang yang panjang angan-angan, yakni mereka yang mabuk dengan kesenangan duniawi.”

Rasululllah Saw. bersabda:
“Bagaimana nasibmu apabila dilanda lima perkara? Aku memohon perlindungan kepada Allah semoga lima perkara ini tidak menimpa kamu atau kamu mengalaminya. Pertama, jika perbuatan mesum dalam suatu kaum sudah dilakukan secara terang-terangan, akan timbul wabah dan penyakit yang belum pernah menimpa orang-orang terdahulu. Kedua, jika suatu kaum sudah berani menolak mengeluarkan zakat, Allah akan menghentikan turunnya hujan. Kalau bukan karena binatang ternak, tentu hujan tidak akan diturunkan sama sekali. Ketiga, jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, Allah akan menimpakan musim paceklik dalm beberapa waktu, kesulitan pangan, dan kezaliman penguasa. Keempat, jka penguasa-penguasa mereka melaksanakan suatu hukum yang bukan darri Allah, Allah akan menguasakan musuh-musuh untuk memerintah dam merampas harta kekayaan mereka. Dan kelima, jika mereka menyia-nyiakan Kitabullah (A-Qur’an) dan Sunnah Nabi, Allah akan menjadikan permusuhan diantara mereka. ( HR Ahmad dan Ibnu Majah)



Sekarang ikhwan dan akhwat bisa menilai yourselves masing-masing. So, musuh atau teman-teman syetan kah antum?

Satu yang Kecil


Satu yang Kecil

Dentingan piano dan petikan gitar mengiringi jiwaku melabuh di dermaga Ashar, mengurai merdu panggilan-Nya ketika semua melantunkan dalam hening ..
Bukan untuk pergi meninggalkan dunia namun menyisihkan satu waktu buat Sang Maha Pencipta, dengan alunan pengurai dosa dan perangkai doa ..
Terguyur lembut air penyucian-Mu, meruntuhkan segala amarah dan nafsu duniawiku ..
Terayun langkah menuju istana-Mu, beribu beban terasa terlepas dan seakan melayang di antara bunga-bunga yang menawwarkan keharuman abadi ..
Tergetar raga dan rasa tatkala meresapi seruan asma-Mu dan segala lantunan ayat-ayat-Mu ..
Tergulai lemas layaknya tak kuasa tuk berdiri namun aneh terasa seakan ada yang mengangkat tubuh ini tuk melanjutkan langkahku dihadapan-Mu ..
Ketika keningku ku sandingkan dalam pembaringan-Mu, tergusur rasa cemas dan ragu dalam batinku ..
Di sujudku mungkin tak seindah sujud para kekasih-Mu, namun tetap ku labuhkan seluruh rasa ini dalam lugu sujudku ..
Doa yang kan menjaga hati untuk seorang pemuja seperti aku ini, dalam dekapan Sang Penjaga Hati ..

Ya Allah .. Ya Rahman .. Ya Rahim ..
Semoga ku dapatkan yang terbaik dari yang telah menciptakan aku, Engkau Ya Allah ..
Meski harus penuh kesabaran menunggu dan kerja keras untuk mendapatkannya, tak pernah lepas kalung iman ini dalam hatiku untuk-Mu Ya Allah ..
Aamiin ..

Jumat, 20 Juli 2012

Jilbab Gaul?


Jilbab Gaul?
Islam identik dengan jilbab bagi wanita sebagai pelindung. Yaitu melindungi mereka dari berbagai bahaya yang muncul dari pihak laki-laki, 
“Hai Nabi! Katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agara mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Q.S Al Azhab:59).
Sebaliknya Barat yang notabene Yahudi dan Nasrani mengidentikan pakaian sebagai mode atau trend yang justru harus merangsang pihak laki-laki sehingga mereka bisa menikmati keindahan tubuhnya lewat mode pakaian yang dikenakan. Wanita Barat berprinsip : “Keindahan tubuh adalah anugrah, mengapa harus ditutup-tutupi?”.



Jika kedua pandangan ini digabungkan jelas akan sangat kontras dan tidak akan ada kesesuaian. Maka ditelusuri lebih jauh, munculnya kudung-kudung gaul ialah akibat dari infiltrasia atau perembesan budaya pakaian Barat terhadap generasi pemuda Islam. Namun yang menjadi tanda tanya besar, mengapa hal ini bisa terjadi? Mari kita simak beberapa faktor penyebab dibawah ini :


  • Pertama, maraknya tayangan tivi , dan bacaan yang terlalu berkiblat ke mode barat.
  • Kedua, minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai Islam sebagai akibat dikuranginya jam pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah umum.
  • Ketiga, kegagalan fungsi keluarga sebagai kontrol terhadap gerak langkah anak-anak muda.
  • Keempat, peran para perancang yang tidak memahami dengan benar prinsip berpakaian yang benar dalam Islam.
  • Kelima, munculnya para mu’allaf dari kalangan artis atau artis yang baru mengenakan kerudung.


Dari lima sebab di atas dapat disimpulkan bahwa dunia Islam, khususnya di Indonesia tengah dilanda degradasi moral yang terjadi secara berkesinmbungan. Generasi muda dicekoki tontonan instan (seks, kekerasan, dan horor). Akibatnya mereka kian permisif dan emosional. Berbagai kekerasan dan seks bebas pun melanda Indonesia, kudung gaul dalam hal ini adalah imbas dari semua itu.

Sumber : “Kudung Gaul”  karya Abu Al-Ghifari

Rabu, 18 Juli 2012

Peringatan Bagimu Wahai Muslimah


Peringatan Bagimu Wahai Muslimah

     Sayidina Ali bin Abi Thalib menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah SAW menangis manakala Ia datang bersama Fatimah Az-Zahra. Lalu keduanya bertanya mengapa Rasul menangis. Beliau menjawab, “Pada malam aku di-isra’-kan, aku mmelihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya.

Putri Rasulullah SAW, Fatimah kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya. “Aku melihat perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya. Aku lihat perempuan tergantang kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking. Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, dibawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermukahitam, memakan tali perutnya sendiri. Alu melihat perempuan yang telinganya pekek dan matnya buta, dimasukkan dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta. Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malaikat memukulnya dengan pentung dari api neraka,” kata Nabi SAW.

Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperi itu? Rasulullah menjawab, “Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya menddih adalah wanita yang tidak menutup rambutnyasehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya. Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang ‘mengotori’ tempat tidurnya. Perempuan yang tergantungkedua kakinya ialah perempuan yan tidak taat kepada suaminya, Ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas. Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang  bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.

Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena Ia mengenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain Ia bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya. Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena Ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub. Perempuan yang kepalanya seperti babi, dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami.”

Mendengar itu, Sayidina Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. Dan inilah peringatan kepada kaum perempuan.

Sabtu, 14 Juli 2012

Senyum... Aku Rindu


Senyum... Aku Rindu

Senyum itu masih tetap merekah tatkala kusempatkan menoleh dalam ketidaksadaraanmu, ku perhatikan lebih dari yang lain ..
Sendumu yang menghiasi harimu kemarin t'lah melenyap seketika, luluh dalam ceria yang kau dapatkan bersama kami ..

Mungkin sedikit sesak kau rasa saat ku menghampirimu dipelataran kebahagiaan yang kau nantikan, lama n mungkin cukup lama kau ingin mewujudkannya ..

Namun semua berubah dari sisi edarmu yang terlihat kusam, layu, dan kehilangan semangat sesampainya kau pijakkan satu langkah menuju penyendirianku disana ..

Meski tak muncul dalam kata dan terucap dalam perbuatan, semua terlihat berbeda dengan dirimu kemarin ..
Kau suguhkan senyuman yang kurindukan, senyuman yang dulu pernah hilang terhempas celoteh-celoteh insani yang mengusir lagumu ..
Senda gurau pun kau tampakkan lagi untukku, layaknya dulu kau pernah berikan hal yang serupa dalam mentariku ..
Perlahan perhatianmu pun menoleh sekali lagi dalam rotasi kehidupan yang selalu berganti setiap detiknya ..

Dibalik cadar itu kupastikan rindumu masih ada, meski rindu itu bukanlah rindu yang dahulu ..
Celah kecil menguatkan akar-akar pusara hati yang menantikan saat yang akan datang ..
Dimasa yang tak berikan penjagaan khusus akan bebaskan segala keraguan yang menyapa merdu di penglihatan, pendengar dan hatimu ..
Dermaga ini menanti kedatangan pesir-pesiar penyeru kedamaian yang abadi dalam balutan keluh kesah, amarah serta setitik dosa yang menyebar ..

Kala waktu bergulir cepat, entah apa yg terlontar dari pengucapku sesaat ku rangkaikan salam untuk jiwa yg sedang menikmati malamnya ..
Terasa tak nyaman dengan seribu kata membisu, menuturkan mutiara-mutiara yang lama tersimpan dalam kalam-Nya ..
Sedikit namun aku mendapat jawaban yang luas dari penyejuk yang selama ini menindihku dengan pengharapan dan kerelaan ..
Sungguh semua yang aku punya mencair seketika, dalam malam yang pekat dengan gelapnya tak bersinar dengan adanya bintang dan tak benderang akan cahaya purnama yang sempurna ..

Pagi mengingatkanku akan besarnya kekuasaan Sang Penciptaku, memulai hal yang teramat kecil hingga Dia sajikan sesuatu yang membuatku bahagia ..
Penatku digantilah dengan kenyamanan, rinduku digantilah dengan kesabaran, cobaanku digantilah dengan kesabaran, dan kenikmatanku digantilah dengan kebijaksanaan ..
Meregup dalam di alam yang sediakan berbagai petualangan dan pelajaran dari hembusan nafas Ar Rahman Ar Rahim ..

Masih merindukan kasih dan sayang-Mu ..
ya Rahman, ya Rahim ...


Kamis, 12 Juli 2012

Pelindungku


PelindungkuTerhatur lirih untaian-untaian kata penuh berkah dari seorang yang patut aku berkaca pada petualangannya ..
Bapak, tak henti-hentinya engkau panjatkan doa dan harapan pada kami, agar kami tak mengalami apa yang telah kau alami ..
Engkau sanjungkan beribu kasih kepada Sang Pemilik Kehidupan dalam setiap munajatmu, dalam diam dan ketika sibukmu menghampiri pilu pun tak terasakan ..
Bapak, engkau penghalu kalbu dalam amarahku, sentuhkan segala rasa harap dalam kalbu terbungkus indah dalam keningmu ..

Ayat-ayat indah-Nya engkau serukan kepada Sang Maha Mengetahui Segala, hanya untuk aku anakmu ..
Bapak, kau tak hiraukan terik matahari yang menghitamkan punggungmu, kelelahan yang membungkukkan tubuhmu, dan keresahan yang menyibukkan hari-harimu ..
Engkau relakan waktu istirahatmu tuk berikan kasih sayang kepada kami anakmu ..
Terlihat senyum itu pelipur laramu, memberikan nasihat yang terindah untuk kami anak-anakmu ..

Bapak, bolehkan aku meneteskan eluh airmata ini dalam pelukmu?
Bolehkan aku bersandar dipundakmu dan memelukmu erat tegap tubuhmu ..
Bapak, persilakan aku anakmu untuk membanggakanmu ..
Karena engkaulah pelindung kami dalam keluarga ini ..

Pemerah Hati Pemilikku


Pemerah Hati PemilikkuBersanding bersama seuntai mawar yang tergenggam ditangan ..
Tak ingin berlepas karena Allah t’lah menancapkannya bagai iman ..
Meski berduri namun itulah yang mempertahankanku tuk menjaganya ..
Berpijar merah dan menyejukkan jiwa ketika hati t’lah hilang dari peredaran ..

Melemah hati tatkala mawar terlihat layu dan menghaturkan nafas selamat tinggal untuk hati ini ..
Terlalu lalai dalam menjaganya, terlalu lemah untuk mempertahankannya hingga tak sannggup berbuat lebih tuk menghiasinya agar tetap wangi dan berwajah ceria ..
Mekarlah wahai mawarku, tak ku ingin ku lihat kau layu dalam pendiria yang Allah beri padamu ..
Bersemilah kembali dalam hatiku, dalam hangatnya singgasana kasih sayang yang benar itu engkau semaikan pada kebahagiaan ..

Meneteskan sejenak air mata tuk lanjutkan apa yang kau niatkan, apa yang kau dambakan ..
Tetaplah mekar dalam dekapan tanganku yang akan menjagamu erat dan tak kan mungkin terlepas ..
Kekecewaanmu akan ku  ganti dengan kebahagiaan yang kau dapat di masa depanmu kelak ..

Oh mawarku ..
Kan ku simpan kau meski kau tak lagi mau menampakkan merahmu ..
Dan senandung rindu ini selalu mendambamu, menantikan detik waktu yang istimewa bersama erat dalam genggaman tanganku ..
Satu ikatan yang tak akan pernah terjamah dalam kehinaan zaman ..
Rindukan segalanya dalam diam ..

Oh mawarku ..
Merahkan hati dari Pemilikku ..

Rabu, 11 Juli 2012

Oh Ibunda


Oh Ibunda


Tetesan peluh air matamu terdengar sampai kedalam hati kami yang terendap jauh dirongga-rongga badan ini ..
Engkau biaskan keringat yang mengucur deras membasahi pipi yang penuh dengan kerutan itu, tak halnya hanya untuk membahagiakan kami ..
Belaian tangan itu membesarkan hati  kami, menyejukkan jiwa kami, dan dalam setiap pertemuan yang kami rindui ..
Lusuh, kusam, dan terlihat pucat nampak diwajahmu yang terkadang melemparkan senyum saat melihat ulah kami, mendengar celoteh dan keluh kesah kami ..

Terima kasih Ibu ..
Dalam rahim yang sesempit itu, engkau telah selamatkan kami, tanpa mengenal arti lelah ...
Perjalanan kami dalam dunia kecil yang kau punya selama 9 bulan memberikan kenyamanan meski kau terkadang harus menahan sakitmu ..
Kau korbankan nyawamu hanya untuk membiarkan aku melhat dunia yg benderang, dunia yang sebenar-benarnya dunia ..

Ketika kami membuka mata mungil kami, kaulah yang pertama membuat keadaan kami nyaman dalam dekapanmu ..
Kau memeluk kami dengan penuh kehangatan yang mungkin tak akan pernah mungkin kami lupakan selama-lamanya ..
Kami pun mencoba untuk merasakan apa yang kau berikan, kasih sayang, cinta, perlindungan, dan rasa tak ingin kehilangan ..
Dan itu adalah awal dari kehidupan kami didunia ini dengan kasih sayang dan cintamu ..

Perlahan kau ajari kami menapaki jalanan terjal yang penuh dera lara dan air mata, tetesan iluh itupun tak menghentikan langkah-langkah kecilmu tuk jadikan aku seorang yang terbaik untuk kau banggakan ..
Dengan berjalan sempoyongan tak hiraukan ketika tanah telah menjadi aspal yang sangat menyengat kulit ketika terik datang, ketika air tak lagi menjadi sahabat namun musibah, dan ketika api menggulung harapanmu dengan luapan panas yang menghanguskan sebagian tubuhmu ..

Oh Ibu ..
Kami tumbuh besar sekarang ..
Kami mencoba tumbuh menjadi apa yang kau harapkan ..
Kami mencoba tumbuh menjadi apa yang kau impikan ..

Bayi mungilmu kini t’lah tumbuh besar ..
Bayi lucumu ini berjuang untukmu Ibu ..
Dan bayi besarmu ini akan bertarung sekuat tenaga menghadapi halang rintang untuk dapatkan apa yang jadi citamu Ibu ..


Cinta dan kasih sayangmu selalu menyertaiku ..
Doa dan restumu selalu menjadi benteng terdepanku ..
Dan semangat ini ku persembahkan untukmu Ibu ..
Kan ku pastikan bayi besarmu ini bisa membahagiakanmu ..


Oh ibu ...
Ku merindu dalam pelukmu ...